Disebutkanpula, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Wahai manusia, ucapkanlah Lâ Ilâha Illallâh, agar kalian beruntung.”. [3] Dari hadis ini dapat kita simpulkan, bahwa beliau tidak menujukan ucapan hanya kepada seseorang saja, agar ia tidak merasa bersalah jika tidak mengucapkannya.
Khutbah Jum’at Kriteria Mukmin Sukses dalam Perspektif Al-Qur’an dan as-Sunnah Oleh Sulidar إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. قَالَ اللهُ تَعَالَي فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ,وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ,وَاتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا, يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّمُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌوَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِي بِتَقْوَي اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. Jamaah Shalat jumat yang dirahmati Allah Sebagai hamba Allah yang mukmin dan arif, sudah selayaknya kita bersyukur kepada Allah swt, sebab sampai detik ini kita telah diberi-Nya berbagai nikmat, baik nikmat keimanan, kesehatan dan kesempatan untuk terus dapat beribadah dan beraktivitas sesuai dengan petunjuk-Nya. Salawat dan Salam kita tujukan kepada Rasulullah saw, yang telah mengajarkan umat manusia al-Islam, demi kebahagian umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Perlu terus diingatkan bahwa Allah swt dan Rasul-Nya, telah menegaskan jika umat manusia menjalankan aktivitas kehidupannya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam Alquran dan as-Sunnah, maka dijamin akan selamat, tidak akan sesat dalam arti yang luas tentu selamat, sejahtera dan bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Perhatikan hadis berikut ini. وحَدَّثَنِي عَنْ مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوامَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَاكِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ. Telah menceritakan kepadaku dari Malik bahwasannya dia menyampaikan bahwa Rasul saw bersabda “Aku tinggalkan dua pusaka pada kalian. Jika kalian berpegang kepada keduanya, niscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah Alquran dan Sunnah Rasul-Nya.” H. R. 1395. Jamaah Shalat jumat yang dirahmati Allah Perlu dikemuakan di awal khutbah ini bahwa Imam Syafi’i berkata “Barangsiapa menginginkan sukses dunia hendaklah diraihnya dengan ilmu dan barang siapa menghendaki sukses akhirat hendaklah diraihnya dengan ilmu, barangsiapa ingin sukses dunia akhirat hendaklah diraihnya dengan ilmu.’’ungkapan Imam Syafii ini menegaskan bahwa pentingnya membekali ilmu sebelum meraih sukses. Dalam Islam bekal ilmu yang sangat berguna bila memahami dan mengetahui apa yang terrkandung dalam Alquran dan as-Sunnah, karena kedua sumber rujukan ini akan menyelamatkan umat manusia di dunia dan di akhirat. Demikian pula, agar kesuksesan yang diraih benar-benar sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Bila menelalah Alquran, didapati dalam tentang bagaimana kriteria orang yang sukses. قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ 1 الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ 2 وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ 3 وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ 4 وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ 5 إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ 6 فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ 7 وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ 8 وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ 9 أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ 10 الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ 11 Sesungguhnya sukseslah/beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang dibalik itu. maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas, Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, yakni yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. Pada ayat di atas dapat dipahami bahwa orang mukmin yang sukses itu ada 6 kriteria yang mesti dipenuhinya, yaitu 01. Orang yang khusyu’ dalam shalatnya. 02. Orang yang meninggalkan perbuatan yang tak berguna. 03. Orang yang menunaikan zakat. 04. Orang yang menjaga kemaluannya, dari berbuat zina. 05. Orang yang memelihara amanah, jika diberi amanah. 06. Orang yang memelihara nilai-nilai shalat. Jika 6 kriteria ini ada pada seorang mukmin, maka ia tergolong sukses, baik di dunia dan di akhirat. Bahkan, Allah swt menginformasikan di akhirat kelak akan mewarisi surga Firdaus dan kekal di dalamnya. Suatu nikmat yang luar biasa yang diberikan Allah swt kepada para hamba-Nya. Berikut sekilas penjelasan tentang 6 kriteria tersebut. Gambaran khusu’ dalam shalat, dapat diperiksa berbagai sabda rasul saw. Di antaranya sebagai berikut. Dalam suatu riwayat Rasul saw menjelaskan tentang shalat yang baik itu, نْ أَنسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” َاْذُكُرِ الْمَوْتَ فِى صَلاَتِكَ فَإِنَّ الرَّجُلَ إِذَا ذَكَرَ الْمَوْتَ فِى صَلاَتِهِ لَحَرِيٌّ أَنْ يُحْسِنَ صَلاَتَهُ وَصَلَّى صَلاَةَ رَجُلٍ لاَ يَظُنُّ أَنَّهُ يُصَلِّى صَلاَةً غَيْرَهَا وَإِيَّاكَ وَكُلُّ أَمْرٍ يُعْتَذَرُ مِنْهُ ” رواه الديلمي فى مسند الفردوس وحسنه الحافظ ابن حجر و تابعه الألباني Anas ra berkata, Rasul saw bersabda, “Ingatlah akan kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat kematian dalam shalatnya tentu lebih mungkin dapat memperbagus shalatnya dan shalatlah sebagaimana shalatnya seseorang yang mengira bahwa tidak dapat shalat kecuali shalat pada saat itu. Hati-hatilah kamu dari apa yang membuatmu meminta ampunan darinya.” Diriwayatkan Ad-Dailami di Musnad Firdaus, Al-Hafidz Ibnu Hajar menilainya hasan lalu diikuti Albani. عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عِظْنِي وَأَوْجِزْ فَقَالَ إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا وَاجْمَعْ الْإِيَاسَ مِمَّا فِي يَدَيْ النَّاسِ رواه أحمد وحسنه الألباني Abu Ayyub Al-Anshari ra berkata, seseorang datang kepada Nabi saw. lalu berkata, “Nasihati aku dengan singkat.” Beliau bersabda, “Jika kamu hendak melaksanakan shalat, sahlatnya seperti shalat terakhir dan janganlah mengatakan sesuatu yang membuatmu minta dimaafkan karenanya dan berputus asalah terhadap apa yang ada di angan manusia.” Diriwayatkan Ahmad dan dinilai hasan oleh Albani. عَنْ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ “مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَتَوَضَّأ فَيُسْبِغُ الْوُضُوْءَ ثُمَّ يَقُوْمُ فِى صَلاَتِهِ فَيَعْلَمُ مَا يَقُوْلُ إِلاَّ انْتَفَلَ وَهُوَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ رواه الحاكم وصححه الألباني Utbah bin Amir meriyatkan dari Nabi yang bersabda, “Tidaklah seorang Muslim berwuduk dan menyempurnakan wuduknya lalu melaksanakan shalat dan mengetahui apa yang dibacanya dalam shalat kecuali ia terbebas dari dosa seperti di hari ia dilahirkan ibunya.” Diriwayatkan Al-Hakim dan dinilai shahih oleh Albani. Adapun syarat untuk berlaku khusyu’ dapat dipahami dari firman Allah dalam al-Baqarah/2 45-46 وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ ٤٥الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ٤٦ “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. Yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” Dalam ayat di atas al-Baqarah/2 45-46 ditegaskan bahwa syarat khusyu’ adalah adanya suatu keyakinan akan menemui Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Adanya keyakinan akan berjumpa dengan Tuhan untuk mempertanggung jawabkan seseorang agar berlaku khusyu’ dalam shalatnya karena yang terjalin di benaknya ialah adanya kekhawatiran ketika menghadap Zat Yang Mahakuasa ini. Dengan demikian segala aktifitasnya di dunia selalu dilandasi atas keridhaan Tuhan dan dalam situasi yang seperti inilah berlaku kekhusyukan baginya. Penjelasan as-Sunnah tentang seorang Muslim yang baik adalah meninggalkan suatu perbuatan yang sia-sia atau yang tidak berguna. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَمِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ». حَدِيْثٌ حَسَنٌ, رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَغَيْرُهُ هَكَذَا. Abu Hurairah ra. berkata, Rasul saw bersabda, “Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” Hadis hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2318. Zakat merupakan shalah satu rukun Islam. Zakat diwajibkan atas setiap orang Islam yang telah memenuhi syarat. Selain melaksanakan perintah Allâh swt., t tujuan pensyariatan zakat ialah untuk membantu umat Islam yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Oleh karena itu, syariat Islam memberikan perhatian besar dan memberikan kedudukan tinggi pada ibadah zakat ini. Ini solusi pada masyarakat modern yakni menghilangkan kesenjangan sosial antara si Kaya dengan si Miskin. Pada akhirnya akan saling menghormati dan saling memahami satu sama lainnya. Selain itu, Zakat juga termasuk rukun Islam yang ketiga dan salah satu pilar bangunannya yang agung berdasarkan sabda Rasul saw. بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهاَدَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنْ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقاَمِ الصَّلاَةِ وَإِيْتاَءِ الزَّكَاةِ وَصَومِ رَمَضَانَ وَحَجِّ البَيْتِ لِمَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلأ. Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq selain Allâh dan bahwa Muhammad adalah utusan Allâh, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadan dan haji ke Baitullah bagi siapa yang mampu [Hadis diriwayatkan Abu Dawud] Dalam memelihara kemaluan, ada pesan Rasul saw, jika umat Islam mampu menjaga lisannya serta kemaluannya maka dijamin masuk surga. عن سهل بن سعد رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ ، وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ .رواه البخاري رقم/6474 Dari Sahal bin Saad ra., sesungguhnya Nabi saw. bersabda“Barangsiapa yang menjamin padaku bahwa dia mampu menjaga antara dua tulang rahangnya lisan dan di antara dua kakinya kemaluan maka aku jamin ia masuk surga.” Bukhari. No. 6474. Rasul saw berpesan berkenaan dengan amanah. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ وَأَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَا حَدَّثَنَا طَلْقُ بْنُ غَنَّامٍ عَنْ شَرِيكٍ قَالَ ابْنُ الْعَلَاءِ وَقَيْسٌ عَنْ أَبِي حُصَيْنٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Ala] dan [Ahmad bin Ibrahim] mereka berkata; telah menceritakan kepada kami [Thalq bin Ghannam] dari [Syarik] [Ibnu Al Ala] dan [Qais] berkata dari [Abu Hushain] dari [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah] ia berkata, “Rasul saw. bersabda “Tunaikanlah amanah kepada orang yang mempercayaimu dan jangan engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu!” Dawud. No. 3068. Rasul menegaskan bahwa orang yang tidak amanah tergolong munafik. Dari Abdullah bin Amr ra., ia berkata bahwa Rasul أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا ، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ. “Ada empat tanda, jika seseorang memiliki empat tanda ini, maka ia disebut munafik tulen. Jika ia memiliki salah satu tandanya, maka dalam dirinya ada tanda kemunafikan sampai ia meninggalkan perilaku tersebut, yaitu 1 jika diberi amanat, khianat; 2 jika berbicara, dusta; 3 jika membuat perjanjian, tidak dipenuhi; 4 jika berselisih, dia akan berbuat zalim.” Muslim no. 58. Berkenaan tentang memelihara salat, Rasul saw memberikan informassi yang jelas sebagai berikut. مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا، وَبُرْهَانًا، وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ، وَلَا بُرْهَانٌ، وَلَا نَجَاةٌ ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ. Siapa saja yang menjaga shalat maka dia akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat. Sedangkan, siapa saja yang tidak menjaga shalat, dia tidak akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan. Dan pada hari kiamat nanti, dia akan dikumpulkan bersama dengan Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khala. Jamaah Shalat jumat yang dirahmati Allah Mari kita sama berdoa dan berikhtiar, agar Umat Islam meraih kesuksesan dalam segala bidang, baik ekonomi, sosial, kesehatan, sains dan teknologi, sampai kekuasaan politik uamh pada gilirannya mewujudkan kebahagiaan, dunia dan akhirat. Agar Umat Islam tampil sebagai orang yang sukses, maka senantiasan menjaga, memelihara dan menjalankan secara istiqamah 6 kriteria kesuksesan hidup seorang Mukmin, yaitu. 01. Berperilaku khusyu’ dalam shalatnya. 02. Meninggalkan perbuatan yang tak berguna. 03. Menunaikan zakat. 04. Menjaga kemaluannya, dari berbuat zina. 05. Memelihara amanah, jika diberi amanah. 06. Memelihara nilai-nilai shalat dalam kehidupannya. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.. Khutbah kedua إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَىوَتَزَوَّدُوافَإِنَّ خَيْرَالزَّادِالتَّقْوَى اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وآلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وآلِ إِبْرَاهِيْمَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ. رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا لا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . Sulidar, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumut Periode 2015-2022 BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini Disclaimer Berita ini merupakan kerja sama dengan Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab
Dalammenggambarkan seorang mukmin sejati Imam Ja’far Shadiq yang dikenal sebagai pendiri madzhab Ja’fari pernah mengatakan bahwa: “Ada empat hal yang harus dimiliki oleh seorang Mukmin, yaitu: 1. Rumah yang Luas. 2. Kendaraan yang bagus. 3. Pakaian yang indah. 4. Lentera yang terang benderang
Pengertian Iman. Kata iman secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang berarti percaya. Dalam al-Qur’an, kata iman selalu dikaitkan dengan perbuatan baik dan melaksanakan hukum Islam, dan bagi siapa yang beriman maka ia akan dibalas dengan kehidupan bahagia baik dunia maupun di akhirat. Kata iman sendiri adalah bentuk masdar dari kata amana yu’minu yang mengandung arti percaya, setia, aman, pembenaran, dan melindungi. Sedangkan pengertian iman menurut istilah adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan perbuatan. Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah Swt adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah Swt itu benarbenar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Dari pengertian di atas, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin orang yang beriman sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah Swt, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Pengertian Kufur. secara bahasa kata kafir berasal dari bahasa arab yaitu كَفَرَ-يَكْفُرُ-كُفْرً kafara-yakfuru-kufran. Menurut Hasan Muhammad Musa, didalam bukunya yang berjudul Qamus Qur'ani, kufur mempunyai banyak pengertian yang saling berdekatan, seperti"menyembunyikan","menutupi", "menghalangi", "dinding", "selubung", "mengingkari", dan "menentang". Adapun االكَافِرُ berarti lawan dari muslim, sedangkan المُرْتًدُ berarti kafir setelah islam; baik dengan perkataan, atau perbuatan, atau keragu-raguan. Orang bersikap kufur disebut kafir. Oleh karenanya, bangsa arab menyebut malam dengan nama kafir, dikarenakan malam menutupi siang. oleh karena itu malam dalam bahasa Arab dinamai kafir karena ia menutupi siang, dan petani juga disebut kafir karena ia menutupi biji dengan tanah. Sedangkan kufur menurut ensiklopedia Islam adalah al-Kufr tertutup atau tersembunyi, mengalami perluasan makna menjadi ingkar atau tidak percaya, ketidak percayaan kepada tuhan, yakni sebuah kehendak untuk mengingkari tuhan, sengaja tidak mensyukuri kehidupan dan mengingkari wahyu. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pengertian iman dan pengertian kafir. Semoga kita selalu istiqamah dalam keimanan kita dan di jauhkan dari kekafiran. Aamiin.

View TEKNIK SIP 123 at Mercu Buana University. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

Ini Cara Menjadi Mukmin Sejati imanKeimanan yang hakiki dalam diri seorang mukmin terdiri dari tiga komponen, yaitu pertama, hati meyakini kebenaran tentang keesaan Tuhan. Kedua, lisan mengikrarkan kalimat syahadat, dan ketiga anggota badan mempraktekkan ajaran agama. Dalam hal ini, Syekh al-Nawawi al-Bantani dalam Tafsirnya Marah Labid pernah menjelaskan bahwa orang yang mengaku Ahli Tauhid harus melakukan empat hal ini agar keimanannya menjadi menjelaskan“Seyogyanya ahli La ilaha illa Allah melakukan empat hal ini, agar menjadi mukmin sejati. Pertama, Membenarkan التصديق. Kedua, mengagungkanالتعظيم.Ketiga, merasa nyaman الحلاوة. Keempat, merdeka atau bebas الحرية. Barangsiapa yang tak membenarkan keesaan-Nya maka termasuk orang munafik, serta siapapun yang tak mengagungkan-Nya maka termasuk ahli bid’ah, juga barangsiapa yang tak merasakan manisnya iman, maka ia termasuk orang yang Riya’ pamer, dan siapa saja yang terikat dari cengkraman makhluk maka ia termasuk orang melawan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa orang beriman yang meyakini kebenaran kalimat tauhid harus dibuktikan dengan perilaku yang sesuai dengan ajaran, serta tak hanya diucapkan lisan saja tapi harus diyakini oleh hati yang terdalam. Begitu juga harus menghormati orang lain terutama orang yang sesama seiman. Imam al-Munawi dalam Faidhul Qadir mengutip perkataan Ali bin Abi Thalibﻭﻗﺎﻝ ﻋﻠﻲ ﻛﺮﻡ اﻟﻠﻪ ﻭﺟﻬﻪ ﺃﻋﻠﻢ اﻟﻨﺎﺱ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺃﺷﺪﻫﻢ ﺣﺒﺎ ﻭﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻷﻫﻞ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪArtinya Manusia yang paling makrifat atau mengetahui Allah yaitu orang yang paling cinta dan juga menghormati orang yang ahli La ilaha illa kita termasuk orang yang dimudahkan dalam mengucapkan kalimat La ilaha illa Allah menjelang akhir hayat.
apengertian manusia sempurna dan pluralisme agama. Manusia adalah mahluk yang diciptakan oleh allah swt dari tanah yang diberikan akal dan hawa nafsu untuk membedakan antara baik buruk. Manusia dikatakan sempurna apabila mempergunakan akal fikirannya ditemani oleh pengetahuan agama melalui pertimbangan akal dan hawa nafsu yang baik.
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan perbuatan. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin orang yang beriman sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Sudah barang tentu semua orang Islam mengaku beriman. Tapi belum tentu semua merasakan bagaimana manisnya iman yang sebenarnya. Rasulullah Saw pernah bersabda tentang bagaimana cara untuk merasakan manisnya iman. Sabda Rasulullah Saw, “Ada tiga hal apabila dimiliki oleh seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai ketimbang yang lain, mencintai seseorang karena Allah, dan enggan kembali kepada kekufuran seperti enggannya ia dilemparkan ke dalam neraka." HR. Bukhari Manusia memilki fitrah yang kuat untuk saling mencintai suami atau istri, anak keturunan, harta benda dan lainnya, itu tak dapat dinafikan. Bahkan Al-Qur`an sendiri mengakui kecenderungan tersebut زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." QS. Ali Imran 14 Dari hadits Rasulullah Saw tersebut ada tiga hal yang harus kita penuhi barulah terasa manisnya iman Hadits di atas menegaskan bahwa untuk mencapai taraf manisnya iman benar-benar terasa, maka Allah dan Rasul-Nya harus lebih dicintai. Kita memang harus mencintai anak dan isteri, tapi Allah Swt dan Rasul-Nya harus lebih kita cintai. kita dapat dengan mudah mengaku beriman, tapi selama Allah Swt dan Rasul-Nya tidak lebih kita cintai ketimbang yang lain, maka kita belum akan merasakan manisnya iman yang kita akui. Selanjutnya untuk merasakan manisnya iman kita harus mencintai orang lain karena Allah manusia normal, tentu tidak aneh bila kita menaruh cinta kepada seseorang. Namun sebagai orang beriman yang ingin merasakan manisnya iman, kecintaan kepada seseorang haruslah berada dalam kerangka penilaianAllah Swt. Orang yang kita cintai hendaklah orang yang dicintai Allah Swt. Orang yang kita cintai seharusnya orang yang dalam pandangan Allah Swt pantas untuk dicintai. Dan yang terakhir syarat untuk merasakan manisnya iman adalah enggan kembali kepada kekufuran. Ketika dua hal di atas disempurnakan dengan keengganan kembali kepada kekufuran, barulah manisnya iman dapat dirasakan dengan sempurna. Bagi kita yang terlahir sebagai mukmin adalah dengan membenci kekufuran dan hal-hal yang dapat menyeret kepada kekufuran. Supaya kita tidak jatu kepada kekufuran, kita harus meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. Dengan cara mengerjakan segala yang diperintahkan Allah Swt serta meninggalkan segala yang dilarang Allah Swt. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang tiga hal yang harus dimilki baru merasakan manisnya iman. Mudah-mudahan tiga hal tersebut bisa kita tunaikan dengan sempurna. Agar kita bisa merasakan manisnya iman. Aamiin. Selanjutnyakepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan saran sehingga tersusunnya makalah ini kami ucapkan banyak terimah kasih dan semoga Allah maha besar selalu merahmati kita. Amin. Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna, akhirnya saran-saran untuk kesempurnaan makalah ini sangat di harapkan dan akan di sambut dengan senag

Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan perbuatan. Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin orang yang beriman sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya Muhammad dan kepada Kitab Al Qur’an yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” An Nisa 136 Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia. Iman Kepada Malaikat Salah satu makhluk Allah swt. yang diciptakan di alam ini adalah malaikat. Dia bersifat gaib bagi manusia, karena tidak dapat dilihat ataupun disentuh dengan panca indra manusia. Sebagai muslim kita diwajibkan beriman kepada malaikat. Iman kepada malaikat tersebut termasuk rukun iman yang kedua. Apa yang dimaksud iman kepada malaikat? Iman kepada malaikat berarti meyakini dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan malaikat yang diutus untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dari Allah. Dasar yang menjelaskan adanya makhluk malaikat tercantum dalam ayat berikut ini yang artinya “Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan untuk mengurus berbagai macam urusan yang mempunyai sayap masing-masing ada yang dua, tiga dan empat.” Fatir 1 Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadits riwayat Muslim tentang iman dan rukunnya. Dari Abdullah bin Umar, ketika diminta untuk menjelaskan iman, Rasulullah bersabda, “iman itu engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya dan hari akhir serta beriman kepada ketentuan takdir yang baik maupun yang buruk.” Dalam hadits tersebut, percaya kepada malaikat merupakan unsur kedua keimanan dalam Islam. Percaya kepada malaikat sangatlah penting karena akan dapat memurnikan dan membebaskan konsep tauhid dari bayangan syirik. Dari ayat dan hadits di atas dapat diketahui bahwa beriman kepada malaikat merupakan perintah Allah dan menjadi salah satu syarat keimanan seseorang. Kita beriman kepada malaikat karena Al Qur’an dan Nabi memerintahkannya, sebagaimana kita beriman kepada Allah dan Nabi-Nya.

Nabibersabda: “aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang baik. “ (5) kata “menyempurnakan” menunjukan bahwa akhlak adalah tujuan puncak yang harus di capai oleh srorang muslim agar menjadi manusia yang relatif mendekati nilai-nilai ideal islam. Pentingnya akhlak juga du singgung dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi: “mukmin paling AIA9R4.
  • l9gud5yvpl.pages.dev/557
  • l9gud5yvpl.pages.dev/328
  • l9gud5yvpl.pages.dev/229
  • l9gud5yvpl.pages.dev/140
  • l9gud5yvpl.pages.dev/181
  • l9gud5yvpl.pages.dev/520
  • l9gud5yvpl.pages.dev/484
  • l9gud5yvpl.pages.dev/478
  • bagaimanakah seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna